Senin, 06 Agustus 2012

Anamnesa & Diagnostik Bedah Saraf

Anamnesa riwayat yang mendetil dan pemeriksaan tisik merupakan dasar dari diagnosis bedah saraf. Untuk pasien dengan gangguan sistem saraf, harus didapatkan riwayat yang akurat sekali saja, tetapi pemeriksaan neurologik harus sering diulang dan dicatat untuk mengetahui perjalanan penyakit dan untuk menentukan pentingnya diagnosis selanjutnya dan intervensi bedah.

Pemeriksaan diagnostik Foto polos vertebra berguna dalam evaluasi gangguan vertebra traumatik dan degeneratif. Mielografi dan skening CT pascamielogram tetap merupakan sarana pencitraan yang berharga dalam menilai integritas radiks saraf spinalis dan korda spinalis dalam trauma, penyakit vertebra degeneratif, dan neoplasma. CT merupakan pemeriksaan awal terpilih dalam evaluasi cedera kepala, perdarahan subarakhnoid, dan hidrosefalus. MRI adalah modalitas yang tidal sejajar untuk pencitraan sambungan kranial spinalis dan memberikan detil anatom yang sangat baik melalui neuraksis, membantu pcnilaian keterlibatan tulang yan, mungkin memerlukan CT. Angiografi MRI makin meningkat penggunaannya dalam menilai sistem sirkulatorius ekstrakranial (yaitu, karotis) dan intrakranial (yaitu, sirkulus Willisi). Untuk saat ini, bagaimanapun juga, angiografi serebri merupakan "standar yang terbaik" dalam diagnosis aneurisma dan AVM dan menyediakan sarana untuk pemakaian teknik intervensi yang canggih.

Teknik angiografi terapeutik ini meliputi dilatasi mikrobalon transfemoral dari aa. intrakranial vasospastik, oklusi fistula karotis-kavernosa dan embolisasi tumor, aneurisma dan AVM. Ultrasonografi bermanfaat dalam menilai hidrosefalus neonatal dan prosedur lokalisasi intraoperatif real-time. Tes neurofisiologik yang meliputi potensial bangkitan penglihatan, pendengaran dan somatosensorik, menyediakan bukti-bukti integritas sistem saraf selama bedah kranial dan spinal. EEG merupakan alat yang penting dalam diagnosis perioperatif dan sebagai indikator integritas fisiologik selama pembedahan sercbrovaskular. EMG/NCV sering digunakan dalam diagnosis lesi saraf perifer dan radiks saraf, keduanya untuk menentukan lokasi lesi dan menilai pemulihan dari cedera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar